CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 04 Februari 2009

METODE PENELITIAN SOSIAL

METODE PENELITIAN SOSIAL

Pendahuluan

Metode penelitian merupakan cara atau teknik ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara atau teknik ilmiah yang dimaksud adalah dimana kegiatan penelitian itu dilaksanakan berdasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu Rasional, Empiris dan Sistematis (RES). Rasional berarti peneltian dilakukan dengan cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh nalar manusia. Empiris berarti cara atau teknik yang dilakukan selama penenlitian itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara atau teknik atau langkah yang digunakan selama proses penelitian. Sistematis, maksudnya adalah proses yang dilakukan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang logis.

Data empiris yang diperoleh melalui penelitian itu harus mempunyai kriteria valid. Yaitu data yang derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Misalnya dalam suatu pameran bisnis terjual 500 set komputer, sementara peneliti melaporkan jauh dibawah atau diatas 500 set computer yang terjual, maka derajad validitas hasil penelitian itu rendah. Atau misalnya dalam suatu perdagangan saham tidak terjadi kerusuhan, dan peneliti melaporkan terjadi kerusuhan maka data yang dilaporkan juga tidak valid. Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu, maka validitas hasil penelitian dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan obyektivitas data penelitian yang telah terkumpul. Pada umumnya kalau data itu realiabel dan obyektif, maka hasil penelitiannya akan valid. Data yang valid pasti reliable dan obyektif. Reliabelitas berkenaan dengan derajad konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu. Misalnya pada hari pertama wawancara, sumber data mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang, maka besok atau lusa pun sumber data tersebut akan tetap mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi tetap sebanyak 1000 orang, maka data tersebut adalah data yang obyektif (lawannya subyektif).

Kalau ada beberapa kelompok peneliti memberikan data penelitian tersebut tidak obyektif sehingga tidak valid. Data yang reliable belum tentu valid, misalnya setiap hari seseorang karyawan perusahaan pulang malam dengan alasan ada rapat, padahal kenyataannya tidak ada rapat. Hal ini diucapkan secara konsisten tetapi datanya tidak valid. Data yang obyektif juga belum tentu valid, misalnya 99 % dari sekelompok orang menyatakan bahwa si A adalah pencuri, dan 1 % menyatakan bukan pencuri. Padahal yang benar justru yang hanya 1 % yang menyatakan bahwa A adalah bukan pencuri.

Validitas data hasil penelitian dapat diperoleh dengan menggunkan instrument yang valid, menggunakan sumber data tepat dan cukup jumlahnya, serta metode pengumpulan dan analisis data yang benar. Untuk mendapatkan data yang reliable, maka instrument harus reliable dan penelitiannya dilakukan dengan berulang-ulang. Selanjutnya untuk mendapatkan data yang obyektif, maka sampel sumber data jumlahnya mendekati jumlah populasi.

Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.

Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya, secara umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.

Jadi metode penelitian bisnis, dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis.


B. Jenis-jenis Penelitian

Berikut ini dikemukakan berbagai jenis penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian dalam bidang bisnis, baik penelitian yang bersifat akademik (mahasiswa), professional (pengembangan ilmu) dan institusional (penelitian untuk perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan).

Penelitian akademik merupakan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis dan disertasi. Penelitian ini merupakan sarana edukatif, sehingga lebih nmementingkan validitas terbatas, serta kecanggihan analisis disesuaikan dengan jenjang pendidikan (S1, S2, S3).

Penelitian professional merupakan penelitiannya para Dosen dan peneliti lainnya. Tujuannya adalah mendapatkan pengetahuan baru. Variabel penelitian lengkap, kecanggihan analisis disesuaikan untuk kepentingan masyarakat ilmiah. Untuk itu penelitiannya harus dilakukan dengan cara yang betul (validitas internal), dan hasilnya berguna untuk pengembangan ilmu (validitas eksternal).

Penelitian institusional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan pengembangan lembaga. Hasil penelitian informasi yang dapat digunakan pengembangan lembaga. Hasil penelitian akan sangat berguna bagi pimpinan, manajer, direktur untuk pengambilan keputusan. Oleh karena ituhasil penelitian lebih menekankan pada validitas eksternal (kegunaan), variable lengkap (kelengkapan informasi), dan kecanggihan analisis disesuaikan untuk pengambilan keputusan.

Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut, tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi, dan analisis & jenis data. Hal ini dapat disusun ke dalam tabel 1.1 berikut. Dengan mengetahui jenis-jenis penelitian tersebut, maka peneliti pada bidang bisnis diharapkan dapat memilih metode yang paling efektif dan efisien untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah-masalah di bidang bisnis.

1. Penelitian Menurut Tujuan

Uma Sekaran dalam bukunya Research Methods For Business (1994) menyatakan bahwa, bila penelitian diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian yang dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami masalah secara mendalam dalam organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya) maka hal itu dinamakan penelitian dasar. Hasil penelitian yang diperoleh akan berguna untuk pengembangan ilmu manajemen.

Gay (1977) menyatakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan antara penelitian murni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan ketat. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah masalah praktis. Jadi penelitian murni/dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu.

Tabel 1.1
Jenis-Jenis Penelitian Menurut Tujuan, Metode,
Tingkat Ekspalanasi Dan Jenis Data

Tujuan Metode Tingkat Analisis &
Eksplanasi Jenis Data
A. Survei
B. Ex Post Facto
C. Eksperimen A. Deskriptif A. Kuantitatif
A. Murni D. Naturalistik B. Komparatif B. Kualitatif
B. Terapan E. Policy Researh C. Asosiatif C. Gabungan
F. Action Research
G. Evaluasi
H. Sejarah

Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan yang menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.



2. Penelitian Menurut metode/Desain

Penelitian menurut metodenya, dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian survey, ex post facto, eksperimen, naturalistic, policy research (penelitian policy), action research (penelitian tindakan), evaluasi dan sejarah.

a. Penelitian Survey

Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa, penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi dan hubungan-hubungan antar variable sosiologis maupun psikologis.

Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survey ini tidak memerlukan kelompok control seperti halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dialkukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representative (David Kline : 1980). Contoh misalnya: penelitian untuk mengungkapkan kecendrungan masyarakat dalam mengkonsumsi jenis minuman.

b. Penelitian Ex Post facto

Penelitian Ex post Facto, adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.Penelitian ini menggunakan logika dasar yang sama dengan penelitian eksperimen yaitu jika x maka y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap variable independent. Contoh misalnya: penelitian untuk mengungkapkan sebab-sebab terjadinya kebakaran pabrik sepatu. Penelitian untuk mengungkapkan sebab-sebab terjadinya penurunan produktivitas penjualan.

c. Penelitian Eksperimen

Penelitian dengan pendekatan eksperimen, adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Terdapat empat bentuk metode eksperimen yaitu experimental, true eksperimental factorial, dan quasi experimental. (Tuckman 1982:128-156). Penelitian eksperimen ini pada umumnya dilakukan pada laboratorium. Contoh misalnya: pengaruh unsure kimia tertentu terhadap kelezatan makanan: pengaruh jenis bahan tertentu terhadap keawetan warna kain, dsb.

d. Penelitian Naturalistic

Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah (seabagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara induktif. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna darip-ada generalisasi. Contoh : penelitian untuk mengungkapkan makna upacara ritual atau adanya sesaji terhadap keberhasilan bisnis. Hubungan antara pelaku bisnis yang punya “pesugihan” dengan jumlah penjualan, dsb.


e. Policy Research (Penelitian policy)

Policy Research (penggunaan metode penelitian kebijakan) dimulai karena adanya masalah, dan masalah ini pada umumnya dimiliki oleh para administrator/manajer atau para pengambil keputusan pada suatu organisasi. Majchrzak (1984) mendefinisikan policy research adalah suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah. Policy research ini sangat relevan bagi perencana dan perencanaan. Contoh : penelitian untuk mendapatkan informasi guna menentukan sistem penggajian karyawan. Penelitian untuk mendapatkan informasi guna menentukan jenis barang apa yang perlu diproduksi besar-besaran, dsb.

f. Action Research (penelitian tindakan)

Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian melibatkan peneliti dan karyawan untuk mengkaji bersama-sama tentang kelemahan dan kebaikan prosedur kerja, metode kerja, dan alat-alat kerja yang digunakan selama ini dan selanjutnya mendapatkan metode kerja yang digunakan selama ini dan selanjutnya mendapatkan metode kerja baru yang dipandang paling efisien. Metode kerja baru tersebut selanjutnya dicobakan, dievaluasi secara terus menerus dalam pelaksanaannya, sehingga sampai ditemukan metode yang paling efisien untuk dilaksanakan. Contoh : penelitian untuk memperbaiki prosedur dan metode kerja dalam pembuatan suatu jenis makanan yang diproduksi masal.

Jadi dapat dinyatakan disini bahwa, penelitian tindakan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian, setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur ini. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah (1) situasi, (2) perilaku, (3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja dan pranata.



g. Penelitian Evaluasi

Dalam hal yang khusus, penelitian evaluasi dapat dinyatakan sebagai evaluasi, tetapi dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standard dan program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untuk menjelaskan fenomena.

Terdapat dua jenis dalam penelitian evaluasi yaitu: penelitian evaluasi formatif yang menekankan pada proses dan evaluasi sumatif yang menekankan pada produk (Kidder 1981 : 84).

Evaluasi formatif ingin mendapatkan feedback dari suatu aktivitas dalam proses, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan program atau produk. Evaluasi sumatif menekankan pada efektifitas pencapaian program yang berupa produk tertentu. Contoh: penelitian untuk mengevaluasi apakah suatu produk yang direncanakan terjual 95% tercapai atau tidak.

h. Penelitian Sejarah

Penelitian sejarah berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung dimasa lalu. Jadi penelitian tidak mungkin lagi mengamati kejadian yang akan diteliti. Walaupun demikian sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu.

Tujuan penelitian sejarah menurut Isaac (1981) adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melelui pengumpulan, evaluasi verifikasi, dan sintesa data diperoleh, sehingga dapat ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan. Namun demikian kesimpulan yang diperoleh sifatnya masih hipotesis.

Penelitian sejarah terutama dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang : kapan kejadian itu berlangsung, siapa pelaku-pelakunya, dan bagaimana prosesnya. Contoh: penelitian untuk mengetahui perkembangan bisnis di Indonesia antara tahun 1600 s/d 1945.

3. Penelitian Menurut Tingkat Ekplanasinya

Tingkat explanasi (level of explanation) adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian menurut tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variable-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu varibel dengan variable yang lain. Berdasarkan hal ini, penelitian dapat dikelompokkan menjadi, deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

a. Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain. Suatu penelitian yang berusaha menjawab pertanyaan seperti, bagaimanakah profil pelaku bisnis di Indonesia, seberapa besar produktivitas kerja karyawan di PT A ; seberapa besar keuntungan PT B tahun ini; bagaimanakah etos kerja, dan prestasi kerja para karyawan di departemen X, adalah suatu penelitian deskriptif. Yang dicetak miring adalah variable yang diteliti, yang bersifat mandiri

b. Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif, adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Di sini variabelnya masih sama dengan penelitian variable mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. Contoh : adakah perbedaan keuntungan antara BUMN dengan perusahaan Swasta, adakah perbedaan nilai penjualan antara tahun 1997 dengan 1999. Tahun 1997 dan 1999 adalah waktu yang berbeda.

c. Penelitian Asosiatif/hubungan

Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

Pada penelitian ini minimal terdapat dua variable yang dihubungkan, bentuk ubungan antara variable ada tiga yaitu: simetris, kausal, dan interaktif/resiprocal. .

Hubungan Simetris adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya bersama-sama, misalnya ada hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan tamu. Kalau ada kupu-kupu masuk rumah diramalkan akan ada tamu. Yang menyebabkan datangnya tamu bukan kupu-kupu.

Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, bila X maka Y, contoh bila gaji pegawai negeri maupun swasta naik, maka daya beli masyarakat akan naik. Jadi yang menyebabkan daya beli naik adalah adanya kenaikan gaji.

Hubungan interaktif atau reciprocal atau timbale balik adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Bila pengeluaran untuk iklan naik maka nilai penjualan juga akan naik, dan bila nilai penjulan naik, maka biaya untuk iklan akan naik juga.

Judul Penelitian Deskriptif :
a. Kinerja Badan Usaha Milik Negara tahun 1999
b. Pelayanan Kesehatan di Jakarta

Judul Penelitian Komparatif :
a. Perbandingan kinerja BUMN dengan swasta.
b. Perbandingan disiplin kerja PNS dengan Swasta
c. Perbandingan Kinerja pegawai setelah dengan sebelum mengikuti diklat

Judul Asosiatif :
a. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap kinerja pegawai
b. Hubungan motivasi dengan prestasi kerja
c. Pengaruh kepemimpinan terhadap efektifitas kerja

4. Penelitian Menurut Jenis Data & Analisis

Seperti telah dikemukakan pada pengertian penelitian, baahwa pada dasarnya meneliti itu adalah ingin mendapatkan data obyektif, valid dan reliable tentang sesuatu hal (variable tertentu). Jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua hal utama yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Pada suatu proses penelitian sering hanya terdapat suatu jenis data yaitu kuantitatif atau kualitatif saja, tetapi mungkin juga gabungan keduanya. Dalam analisis data juga terdapat dua macam, yaitu analisis data kuantitatif dengan statistik dan kualititatif (tidak mengutamakan statistik).

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data kualitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan (scoring) misalnya terdapat dalam skala pengukuran. Suatu pernyataan/pertanyaan yang memerlukan alternative jawaban, sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dimana masing-masing: sangat setuju diberi angka 4; setuju 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1.

C. Macam-macam Data Penelitian

Seperti telah dikemukakan bahwa penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid. Untuk bisa mendapatkan data yang valid tersebut, maka peneliti harus terlebih mengetahui macam-macam data. Macam-macam data yang dikemukakan berikut, diperoleh dengan instrument yang menggunakan skala nominal, ordinal, interval dan ratio.

Macam data ada dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring: baik sekali = 4, baik = 3, kurang baik = 2 dan tidak baik = 1).

Data kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu data diskrit/nominal dan data kontinum. Data nominal adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah, secara diskrit atau kategori. Data ini diperoleh dari hasil menghitung, misalnya dalam suatu klas setelah dihitung terdapat 50 mahasiswa, terdiri atas 30 pria dan 20 wanita. Dalam suatu kelompok terdapat 1000 orang suku Jawa dan 500 suku sunda dll. Jadi data nominal adalah data diskrit, bukan data kontinum.
Data kontinum, adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil pengukuran. Data ini dibagi menjadi data ordinal, data interval dan data ratio. Data ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat. Misalnya juara I, II, III dan seterusnya. Data ini, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak satu data dengan data yang lain tidak sama.

Data interval, adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol (0) absulut / mutlak). Contoh skala thermometer, walaupun ada nilai 00 C, tetapi tetap adanilainya. Data-data yang diperoleh dari pengukuran dengan instrument sikap dengan skala Likert misalnya adalah berbentuk data interval.

Data ratio adalah data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak. Misalnya data tentang berat, panjang, dan volume. Berat 0 kg berarti tidak ada bobotnya, panjang 0 m berarti tidak ada panjangnya. Data ini dapat dirubah ke dalam interval dan ordinal. Data ini juga dapat dijumlahkan atau dibuat perkalian secara aljabar. Misalnya 2 m + 3 m = 7 m. Kalau dalam data interval penjumlahannya tidak sepertidalam data ratio. Misalnya air 1 gelas dengan suhu 200 C + air 1 gelas dengan suhu 150C maka suhunya tidak menjadi 350 C, tetapi sekitar 17, 50 C. Data rasio adalah data yang paling teliti.

D. Proses Penelitian

Penelitian kuantitatif didasarkan pada paradikma positivisme yang bersifat logico-hypotheco-verifikatif dengan berlandaskan pada asumsi mengenai obyek empiris. Asumsi pertama bahwa obyek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka peneliti dapat memfokuskan penelitiannya pada sebagian dari konteks bisnis yang berupa variable tertentu dari suatu obyek penelitian yang menjadi masalah.

Peneliti dapat melakukan penelitian pada variable bisnis, misalnya tentang proses Produksi, pemasaran, akutansi, lembaga-lembaga, keuangan, perpajakan, kepemimpinan, sikap kerja. Peneliti tidak harus meneliti terhadap seluruh variable dalam konteks bisnis, karena hal didasarkan pada asumsi bahwa setiap konteks mempunyai sifat yang dapat diklarifikasikan. Misalnya klasifikasi sifat orang berdasarkan motivasi kerjanya, berdasarkan gaya kepemimpinannya, berdasarkan kemampuannya dll.

Sebenarnya penelitian kuantitatif juga mengakui bahwa semua sifat pada diri seseorang (kepribadian, bakat, gaya kepemimpinan dll) tidak dapat dipisahkan. Tetapi pada diri seseorang akan mempunyai modus tertentu dalam sifatnya, misalnya si A, motivasi kerjanya tinggi tetapi gaya kepemimpinan, kemampuan, dan hubungan dengan orang lain kurang baik. Selain itu penelitian kuantitatif berpandangan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan yang terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Mungkin seorang manajer melihat pegawai yang motivasi kerjanya rendah, baik, kemampuan rendah; tetapi seorang dokter akan melihat pegawai dari segi kesehatan fisik pegawai tersebut.

Asumsi ilmu yang kedua adalah determinisme (hubungan sebab akibat). Asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada yang menyebabkan. Perusahaan bisa bangkrut karena ada yang menyebabkan nilai rupiah bisa jatuh karena ada yang menyebabkan, orang malas kerja karena ada yang menyebabkan. Berdasarkan asumsi pertama dan kedua maka peneliti dapat memilih variable yang diteliti, dan mencari hubungan antara satu variable dengan variable yang lain. Dengan demikian judul penelitiannya dapat berbunyi hubungan X dengan Y, pengaruh X1 dan X2 terhadap Y.

Asumsi ilmu yang ketiga adalah bahwa suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari. Mahasiswa yang ujian tesis atau yang disertasi adalah mempertahankan data masa lampau yang mungkin saja pada waktu ujian data dari obyek yang diteliti sudah berubah. Apalagi data dari bidang social.



Berdasarkan asumsi tersebut di atas dan juga berdasarkan pada metode ilmiah yang bersifat logico-hypotheco-verifikatif, maka proses penelitian kuantitatif akan bersifat linier. Seperti telah dikemukakan dalam pengertian bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek, perencanaan dengan pelaksanaan dsb. Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti (preminary study) untuk mendapatkan yang betul-betul masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, oleh karena itu harus digali melalaui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris. Supaya peneliti dapat menggali masalah denagn baik, maka peneliti harus menguasai teori melalui berbagai referensi. Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab maka dengan baik masalah tersebut dirumuskan secara spesifik, dan pada umumnya dibuat dalam bentuk kalimat tanya.

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (factual) maka jawaban itu disebut hipotesis.

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode/ strategi/ pendekatan/ desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang dapat diperoleh dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis, adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain.

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk angket/kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya.

Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin memebuat generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang diambil harus representative (mewakili).

Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistic tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak.

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Walaupun langkah penelitian kuantitatif tersebut bersifat linier tetapi tidak berarti penelitian berakhir disitu. Proses penelitian kuantitatif itu dapat juga dilakukan secara berulang-ulang seperti pada proses penelitian kualitatif, pengulangan dalam penelitian kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi/ reliabilitas data penelitian dan membuktikan penelitian yang tealah ada.

Berdasarkan proses penelitian kuantitatif diatas maka nampak bahwa pola piker penelitian kuantitatif, bukan hanya deduksi tetapi juga induksi baik dalam merumuskan hipotesis maupun untuk generalisasi dari hasil penelitian.

Penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang mendahului guna menyusun hipotesis merupakan aspek logika (logico-hypotetico), sedangkan pemilihan metode penelitian, menyususn instrument, mengumpulkan data dan analisisnya adalah merupakan aspek metodologi untuk menverifikasikan hipotesis yang diajukan.

Uraian dalam buku ini memfokuskan pada penelitian kuantitatif yang dapat digunakan dalam penelitian bidang bisnis, baik untuk kepentingan akademis, professional dan institusional. Penelitian dapat menggunakan metode survey, ex-post facto, eksperimen, policy dan penelitian tindakan (action research).



MASALAH, VARIABEL
DAN PARADIGMA PENELITIAN


A. Masalah

1. Masalah dan Cara Pemecahan

Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan guna mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.

Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah. Walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian. Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka pekerjaan penelitian 50 % telah selesai.

Hubungan antara ketetapan memilih masalah dan cara pemecahan ditunjukkan pada table 2.1

Tabel 2.1
Hubungan antara ketepatan memilih masalah
Dan cara pemecahannya

No Ketetapan Masalah Ketetapan Cara pemecahan
1 Masalah benar Cara pemecahan benar
2 Masalah benar Cara pemecahan salah
3 Masalah salah Cara pemecahan benar
4 Masalah salah Cara pemecahan salah


Berdasarkan tabel 2.1 tersebut, maka yang paling baik adalah yang pertama, pemilihan masalah benar, dan pemecahannya juga benar. Kedua masalah benar cara pemecahannya salah. Ketiga masalahnya salah tetapi cara pemecahan benar. Keempat masalah salah dan cara pemecahannya juga salah.

2. Sumber Masalah

Masalah dapat juga diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Stonner (1982 : 257 ) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui bila :

a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.

Orang yang biasanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus pindah kebidang bisnis. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang biasanya menulis dengan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, dan lain-lainya.

b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan.

Direncanakan akan mendapat keuntungan yang tinggi, tetapi kenyataannya tidak Dengan adanya reformasi maka harga-harga akan turun, ternyata realisasinya hanya 600 unit dan lain-lainnya.

c. Ada pengaduan.

Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalh, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam Koran atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi.

d. Ada kompetisi

Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Misalnya semula hanya ada satu perusahaan yang menghasilkan produk asama dengan merk lain. Perusahaan pos dan giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat. Perusahaan Kereta Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone).


3. Rumusan Masalah Yang Baik

Frankel dan Wallen (1990 : 22) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik adalah :

a. Masalah harus Feasible

Dalam arti masalah tersebut harus layak dan dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu.

b. Masalah harus jelas

Semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.

c. Masalah harus signifikan

Dalam arti jawaban atas masalah itu harus memberikan kontribusi yang nyata terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.

d. Masalah bersifat etis

Tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Kasus majalah monitor adalah contoh hasil penelitian yang berkenaan dengan keyakinan/agama sehingga menimbulkan heboh di masyarakat.

4. Bentuk-bentuk Masalah Penelitian

Bentuk-bentuk masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi yang tertera pada table 1.1. Hal ini disebabkan oleh karena pada dasarnya hasil penelitian nanti digunakan untuk menjelaskan fenomena berdasarkan hal tersebut maka bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.

a. Permaslahan Deskriptif

Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih (variable yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variable itu pada sample yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang popular dalam bidang bisnis (Emory,1985).

Contoh rumusan masalah Deskriptif :
1) Seberapa tinggi produktivitas kerja karyawan di PT. Samudra?
2) Seberapa baik interaksi kerja karyawan di Industri A?
3) Bagaimana sikap masyarakat terhadap adanya impor gula tanpa dibebani bea masuk?
4) Seberapa tinggi efektifitas kerja pegawai dengan system multilevel?
5) Seberapa banyak jumlah barang yang terjual, dan keuntungan PT Petani (dua variable)

Dari beberapa contoh diatas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan maslah komparatif dan asosiatif).

Peneliti yang bermaksud mengetahui potensi, kemampuan daya beli, terhadap barang tertentu adalah contoh penelitian deskriptif.

b. Permasalahan Komparatif

Permasalahan komparatif adalah suatu permasalaaahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sample yang berbeda, Contoh rumusan masalahnya :

1) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan Swasta? (satu variabel pada 3 sampel).
2) Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B?
3) Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai Swasta Nasional, dan perusahaan asing (dua variabel, pada dua sample).
4) Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut berbagai kelompok masyarakat.
5) Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota dan desa, gunung (satu variabel pada 3 sampel)
6) Adakah perbedaan jumlah penjualan antara mobil sedan dan niaga?
7) Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank Pemerintah.

c. Permasalahan Asosiatif

Permasalahan asosiatif adalah suatu pernyataan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resprocal/timbal balik.

1) Hubungan Simetris

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable atau labih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif, contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a) Adakah hubungan antara disiplin dengan kinerja organisasi
b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisbnya buah?
c) Adakah hubungan antara warna efisiensi dengan provesionalitas
d) Adakah hubungan antara sering dating ke gunung kawi dengan prestasi bisnis?
e) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang dibeli?

Contoh judul penelitiannya
a) Hubungan antara banyaknya radio di Pedesaaan dengan jumlah sepatu yang terjual
b) Hubungan antra tinggi badan dengan prestasi kerja dibidang pemasaran
c) Hubungan antara es yang terjuan dengan tingkat kejahatan

2) Hubungan Kausal

Hubungan Kausal adalah Hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disisni ada variable independen (variable yang mempengaruhi) dan Dependent (Dipengaruhi), Contoh:

a) Adakah pengaruh system penggajian terhadap prestasi kerja?
b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan manajer terhadap iklim kerja perusahaan?
c) Seberapa besar pengaruh tata ruang toko terhadap jumlah pengunjung?
d) Seberapa erat pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai

Contoh Judul penelitiannya:
a) Pengaruh intensif terhadap disiplin kerja karyawan di Departemen X
b) Pengaruh Gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja di PT Samudra. Contoh pertama dengan satu variable (independent) dan contoh kedua dengan 2 variabel independent

3) Hubungan interaktif reciprocal/timbal balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disisni tidak diketahui mana variable independent dan dependent, Contoh:
a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

B. Variabel Penelitian

1. Pengertian

Kalau ada pertanyaan tentang apa yang diteliti, maka jawabannya berkenaan dengn variable penelitian. Jadi variable penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara teoritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek uang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari objek.Bahan baku pabrik, teknologi produksi, pengendalian mutu, pemasaran, advertising, nilai penjualan, keuntungan adalah merupakan contoh variable dalam kegiatan maupun ilmu bisnis.

Dinamakan variable karena ada variasinya. Misalkan berat badan dapat dikatakan variable, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu dengan yang lain. Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variable karena misalnya persepsi dan sekelompok orang tentu berfariasi. Jadi, kalau peneliti akan memilih variable penelitian, baik yang dimiliki orang objek. Maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variable. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi.

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variable adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnuya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suati nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variable itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variable penelitian adalah sauatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya


2. Macam-macam Variabel

Menurut hubungan antara satu variable dengan variable yang lain maka macam-macam variable dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

a. Varibel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variable stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable bebas. Variable bebas adalah merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat).

b. Varibel Dependen

Sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai terikat variable terikat. Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas.

c. Variabel Moderator

Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memparlemen) hubungan antara variable independent dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variable independent kedua.

d. Variebel Intervening

Variebel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemen dan memperkuat) hubungan antara variable independent dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.

e. Variabel Kontrol

Variabel yang dikendalikan aatu dibuat konstan sehingga pengaruh variable independent terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel control sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.

Contoh-contoh variable dalam penelitian:

a. Variabel Independen dan Dependen

1) Kualitas pelayan Petugas kesehatan dan Kepuasan Masyarakat
Kualitas Pelayanan = variable independent (VI)
Kepuasan Masyarakat = variable dependen (VD)

2) Kenaikan harga BBM dan daya beli masyarakat : kenaikan harga BBM
variable independen (VI) dan daya beli adalah variable dependen (VD);

3) Kemampuan kerja dan produltivitas
Kemampuan kerja = VI
Produktivitas = VD

4) Intensif dan motivasi :
Intensif = VD
Motivasi kerja = VD
Atau bias sebaliknya, karena kedua variable bisa berbentuk hubungan
reciprocal / saling mempengaruhi/timbal balik.

Untuk dapat menentukan yang mana variable independen, dan dependen atau variable yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Untuk itu sebelum peneliti memilih variable apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek studi pendahuluan. Sering terjadi, rumusan masalah penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas maka peneliti dapat menentukan variable-varibel penelitiannya.

b. Variabel Moderator

Secara teoritis kalau harga murah, maka akan banyak pembelinya tetapi sering terjadi penjualan dengan harga murah, tetapi tidak banyak pembelinya. Hal ini tentu ada variable moderator yang mempengaruhi. Untuk hal ini variable moderatornya yang dijual tidak berkualitas atau modelnya sudah usang.

Contoh lainnya. Adalah hubungan suami-istri akan menjadi semakin akrab bila mempunyai anak, dan akan semakin renggang bila ada pihak ke tiga. Anak adalah variable moderator yang memperkuat hubungan, dan pihak ke tiga adalah yang memperlemah hubungan.

c. Variabel Intervening

Seperti telah dikemukakan bahwa variable Intervening adalah variable yang memperlemah dan memperkut hubungan antara variable independen dan dependen, tetapi bersifat toeritis, sehingga tidak teramati dan tidak dapat diukur (kalau variable moderatornya dapat diukur).

Sebagai contoh misalnya, ada dua pelaku bisnis dalam bidang yang sama, modalnya sama, tempat usahanya sama. Pelaku bisnis yang satu lebih sukses karena ia sering dating ke tempat-tempat keramat, misalnya ke Gunung Kawi. Datang ke Gunung Kawi ini adalah sebagai variable intervening, karena aktivitasnya tidak dapat dijelaskan secara rasional dan tidak terukur.

Contoh lain misalnya, gaji pegawai tinggi, pemimpin berperilaku baik, tetapi prestasi kerjanya rendah. Setelah diteliti ternyata pegawai tersebut sedang frustasi. Jadi, frustasi adalah sebagai Variable Intervening. Secara teoritis frustasi akan mempengaruhi prestasi pegawai, tetapi frustasi ini tidak dapat diukur.

d. Variabel Control

Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya variable diluar yang diteliti tidak mempengaruhi hubungan antara variable independen dan dependen, atau ingin melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.

Misalnya akan membandingkan penampilan kerja petugas pemasaran antara lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk bisa membandingkan penampilan kerja kedua lulusan sekolah itu maka peneliti harus menetapkan variable controlnya. Dalam hal ini variable controlnya adalah : Pekerjaan yang dikerjakan, alat untuk mengerjakan, pengalaman kerja, iklim kerja organisasi dimana pegawai tersebut harus sama. Tanpa ada varabel controlnya akan sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan tersebut karena factor pendidikan (SMU-SMK) atau bukan.

Pada kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variable salaing terkait secara simultan baik variable independent, dependen, moderator dan intervening, sehingga peneliti yang baik akan mengamati semua variable tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada variable penelitian saja, yaitu variable independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua variable tersebut akan diamati karena penelitian kualitatif berasumsi tidak dapat diklasifikasikan tetapi merupakan satu kesatuan (holistic).


LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS
DAN PARADIGMA/MODEL PENELITIAN


Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis.

Secara umum , teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala. Mengapa banyak pengusaha besar yang bangkrut di era reformasi ini, dapat dijelaskan melalui berbagai teori. Setelah para pengusaha besar bangkrut, maka bagaimana akibatnya terhadap perekonomian nasional (fungsi prediksi). Supaya harga-harga tidak mahal, maka apa yang perlu dilakukan (fungsi control).

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variable yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyususn instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga (control) digunakan mencandra/membahas hasil penelitian, dan selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.

Dalam proses penelitian seperti yang ditunjukkan terlihat bahwa untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti harus membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan lengkap dan mutakhir. Membaca buku adalah prinsip berfikir deduksi dan membaca hasil penelitian adalah prinsip berfikir induksi.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrument penelitian.

A. Deskripsi Teori.

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau peneluis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variable yang akan diteliti.Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan /dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variable yang akan diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variable independent atau dependen, maka kkelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variable independent dan satu dependen. Oleh karena itu , semakin banyak teori yang perlu dikemukakan .

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang akan diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar varibel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indicator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak. variable-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antara variable yang akan diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitin.

Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, menelaah yang dibaca itu seluntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan ketrampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk.

Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku teks, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah dan hasil-hasil penelitian.

Bila peneliti tidak memiliki sumber-sumber bacaan sendiri, maka dapat melihat di perpustakaan, baik perpustakaan lembaga formal, maupun perpustakaan pribadi.

Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi, kelengkapan dan kemuktahiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variable yang diteliti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemuktahiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin mutakhir teori.

Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari : permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sample penelitian, metode penelitian, analisis dan kesimpulan

Misalnya yang terdahulu, melakukan penelitian tentang tingkat penjualan jenis kendaraan bermotor di Jawa Timur, dan peneliti barikutnya meneliti di Jawa barat. Jadi hanya berbeda lokasi saja, peneliti yang kedua ini dapat menggunakan referensi hasil penelitian yang pertama.

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:

1. Tetapkan nama variabel yang akan diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumberbacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.
3. Lihat daftar isis setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti. (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sample sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang kan dilakukan.
5. baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variable yang kan diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikn teori yang harus dicantumkan.

B. Kerangka Berfikir

Uma sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang akan diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.

Kerangka berfikir yang bain akan menjelaskan secara teoiritis pertautan antar variable yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variable independent dan dependen. Bila dalam penelitian ada moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variable itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variable tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variable atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variable atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variable, juga argumentasi terhadap variasi besaran variable yang diteliti.

Penelitian yang berkenaan dengan dua variable atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.

Jadi, kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variable yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variable yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variable tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

1. Menetapkan variable yang diteliti.

Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu variable penelitiannya. Berapa jumlah variable yang diteliti, dan apakah nama setiap variable merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang kan dikemukakan.

2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)

Setelah variable ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3. Deskripsi Teori dam Hasil Penelitian (HP)

Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variable yang akan diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variable yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variable, dan kedudukan antara variable satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.

4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikmukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan objek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.

5. Analisis Komparartif terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara satu teori dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.

6. Sintesa/kesimpulan

Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variable yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variable satu dengan variable yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Selanjutnya Uma Sekara (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variable yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3. Diskusi juga harus dapat menunnjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variable itu positif atau negative, berbentuk simetris kausal atau interaktif (timbale balik).
4. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka piker yang dikemukakan dalam penelitian.

C. Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakam langkah ketiga dalam penelitian. Setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir, tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan serimng juga dalam penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jwaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuntitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak merumuskan hipotesis, tetapi justru menemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistic. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis statistic itu ada, bila penelitian bekerja dengan sample. Jika penelitian tidak menggunakan sample maka tidak ada hipotesis statistic.

Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada dua hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Peneelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. Ingat bahwa hgipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji ini dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil).

Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. Contoh Hipotesis Penelitiannya :

1. Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) Itu rendah (hipotesis deskriptif).
2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok masyarakat Petani dan Nelayan (dalam Populasi itu/hipotesis komparatif).
3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi itu/hipotesis asosiatif).

Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variable mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/hubungan.

Hipotesis deskriptif, adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif, dan hipotesis asosiatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap masalah asosiatif/hubungan. Pada butir 2 ini berikut diberikan contoh judul penelitian, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis. Rumusan hipotesis deskriptif, lebih didasarkan pada pengamatan pendahuluan terhadap obyek yang akan diteliti.

a. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variable mandiri. Contoh:

1) Rumusan Masalah Deskriptif

a) Berapa daya tahan lampu pijar merk X?
b) Seberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT Y?

2) Hipotesis Deskriptif

Daya tahan lampu pijar mer X = 600 jam (Ho). Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi.

Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam. “ Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.

3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

Ho : µ = 600
Ha : 600 atau¹µ > 600 atau < x =" 75">

0 komentar: